Kata pengantar
Puji syukur marilah kita panjatkan
kepada Tuhan yang maha Esa, karena atas karunianya kami dapat menyelelesaikan
tugas makalah ini dengan sebaik-baiknya walaupun masih jauh dari tahap sempurna
dan masih banyak yang harus diperbaiki kembali.
Setiap kehidupan takan terlepas dari
sebuah pemberitaan apalagi saat ini media informasi dan komunikasi tel;ah
berkembang dengan pesat sehingga dalam memperoleh informasi dan komunikasi itu
hanya sekejap mata, kita bisa dapatkan pemberitaan informasi dari media
cetak/surat kabar maupun elektronik seperti radio dan televisi dan sekarang tercipta Lagi tekhnologi
internet hanya satu kali klik informasi dengan cepat terserap.
Didalam makalah ini tersusun secara
sistematis tentang perkembangan pers di Dunia dan di Indonesia. Mudah mudahan
dapat membantu dengan memberikan manfaat dalam segala bentuk kegiatan pendidkan
formal maupun non formal sehingga tercapai kompetensi kompetensi lulusan yang
telah di tetapkan.
Garut,
20 januari 2014
Tim Penyususn
DAFTAR ISI
Kata
pengantar…………………………………………………………………………...i
Daftar isi……………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang………………………………………………………........
b. Rumusan masalah……………………………………………………….
c. Maksud dan tujuan……………………………………………………….
BAB II ISI………………………………………………………………………………..
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan……………………………………………………………………
b. Kritik dan saran ……………………………………………………………….
Daftar pustaka
……………………………………………………………………………..
BAB 1
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Pers merupakan lembaga sosial dan
wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan infornasi
baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan
grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media
elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
Di dalam negara demokratis, pers
berperan penting dalam proses pembagian informasi di sebuah lingkungan
masyarakat maupun perorangan atau individual, kita sering mendengar kebebasan pers. Kebebasan tersebut
meliputi kebebasan hal yang telah disepakati dan diatur dalam sebuah undang
undang suatu negara, contohnya kebebasan berpendapat dalam kebebasan pers.
Namun kini kebebasan itu masih berkesinambungan dengan adanya undang undang
yang menyalahinya atau undang undang yang dapat menekan akibat kebebasan pers
tersebut, misal undang undang yang mengatur tentang pencemaran nama baik maka
dari itu, kini kebebasan pers dibatasi agar tercipta lingkungan yang damai
tanpa kesalah pahaman antara jurnalistik dan pranata pranata sosial
dimasyarakat.
Untuk itu, kami disini inging
mencoba menjelaskan tentang perjalanan dan perkembangan pers di dunia dan di
Indonesia dari dahulu hingga sekarang.
b. Rumusan
Masalah
Makalah ini memuat tentang konflik
perkembangan pers di dunia dan di Indonesia yang disertai teori teori yang
mendasari akan perkembangan perkembangan tersebut. Selain itu terdapat beberapa
hal tentang filsafat filsafat pers dari berbagai negara sehingga menjelaskan
proses dan sejarah tentang bagaimana pers bisa lahir di berbagai negara dunia
terutama di Indonesia.
c. Maksud
dan tujuan
Dengan membaca makalah ini,
diharapkan pembaca dapat mengetahui benar benar tentang perkembangan pers di
dunia dan di indonesia, serta dapat mendefinisikan arti sebuah pers dari
berbagai sejarah pers di berbagai dunia terutama di Indonesia sehingga kita
dapat memahami manfaat yang begitu besar atas perkembangan pers tersebut.
BAB II
ISI
PERKEMBANGAN
PERS DI DUNIA DAN DI INDONESIA
Sebelum kita mengetahui lebih
lanjut tentang perkembangan pers di dunia dan di Indonesia ada baiknya kita
pahami dulu arti sebuah kata pers !
Pers menurut UU No 40 tahun 1999
antara lain merupakan lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan infornasi baik dalam bentuk tulisan,
suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk
lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis
saluran yang tersedia.
1. Perkembangan pers di Dunia.
Sejarah dan
perkembangan jurnalistik dunia Dalam perkembangan jurnalistik, terkait
penentuan jurnalis pertama dan kapan kegiatan jurnalistik pertama dilakukan,
para ahli senantiasa merujuk pada Romawi masa Cayus Julius Caesar (100-44 SM). Jules meneruskan tradisi raja-raja
terdahulu untuk menyiarkan kabar mengenai keputusan di papan pengumuman Yang
diberinama ‘FORUM ROMANUM” yang berisi Acta Diurna (laporan atas sidang-sidang
senat dan keputusannya) dan acta diurna
populi (berisi laporan hasil rapat rapat rakyat dan berita berita lainya.
Julius berpikir, walaupun kekuasaannya tanpa batas, ia harus mendapatkan inisiasi
dari publik Roma.
Sejak
saat itu dikenal istilah Jurnalis yang berasal dari kata diurnalis atau mereka
yang menjadi juru tulis senat. Padahal, jika para ahli sains percaya adanya
agama terutama islam, perkembangan jurnalistik sudah ada pada masa sebelum
Julius. Misalnya, catatan Eumenes, 363 SM. Ia telah membuat kisah orang-orang
ternama masa itu, dari Alexander yang agung sampai Aristoteles. Lebih jauh lagi
beribu tahun ke belakang adalah masa Nabi Nuh. Konon, saat banjir besar
menghantam bumi atau berakhirnya zaman es, riak jurnalistik sudah terbangun.
Nabi Nuh AS membutuhkan kabar yang akurat dan faktual tentang kondisi daratan.
Dikirimlah jurnalis dadakan, namun bisa dipercaya karena memiliki kemampuan
"radar magnetis" dan otak kecil alat navigasi di hidungnya. Yakni,
burung merpati. Merpati terbang berkeliling hingga menemukan ranting zaitun
yang menyebul di lautan. Ranting itu dipatuk, lantas dibawa sehingga Nabi Nuh
mengetahui kabar akurat mengenai surutnya air. Namun karena banyak ilmuwan yang tidak mengetahui hal tersebut.
Hingga sekarang julius cesar masih dianggap tentang sejarah awal jurnalistik.
Kegiatan penyebaran informasi
melalui tulis-menulis makin meluas pada masa peradaban Mesir, ketika
masyarakatnya menemukan tehnik pembuatan kertas dari serat tumbuhan yang
bernama “Phapyrus”.
Pada abad 8 M., tepatnya tahun 911 M, di Cina muncul
surat kabar cetak pertama dengan nama “King Pau” atau Tching-pao, artinya
"Kabar dari Istana". Tahun 1351 M, Kaisar Quang Soo mengedarkan surat
kabar itu secara teratur seminggu sekali.
Penyebaran informasi tertulis maju sangat pesat sejak
mesin cetak ditemukan oleh Johan Guttenberg pada 1450. Koran cetakan yang
berbentuk seperti sekarang ini muncul pertama kalinya pada 1457 di Nurenberg,
Jerman. Salah satu peristiwa besar yang pertama kali diberitakan secara luas
di suratkabar adalah pengumuman hasil ekspedisi Christoper Columbus ke
Benua Amerika pada 1493.
Pelopor surat kabar sebagai media berita pertama yang
bernama “Gazetta” lahir di Venesia, Italia, tahun 1536 M. Saat itu Republik
Venesia sedang perang melawan Sultan Sulaiman. Pada awalnya surat kabar ini
ditulis tangan dan para pedagang penukar uang di Rialto menulisnya dan
menjualnya dengan murah, tapi kemudian surat kabar ini dicetak.
Surat kabar cetak yang pertama kali terbit teratur
setiap hari adalah Oxford Gazzete di Inggris tahun 1665 M. Surat kabar ini
kemudian berganti nama menjadi London Gazzette dan ketika Henry Muddiman
menjadi editornya untuk pertama sekali dia telah menggunakan istilah
“Newspaper”.
Di Amerika Serikat ilmu persuratkabaran mulai
berkembang sejak tahun 1690 M dengan istilah “Journalism”. Saat itu terbit
surat kabar dalam bentuk yang modern, Publick Occurences Both Foreign and
Domestick, di Boston yang dimotori oleh Benjamin Harris.
Pada Abad ke-17, di Inggris kaum bangsawan umumnya
memiliki penulis-penulis yang membuat berita untuk kepentingan sang bangsawan.
Para penulis itu membutuhkan suplai berita. Organisasi pemasok berita (sindikat
wartawan atau penulis) bermunculan bersama maraknya jumlah koran yang
diterbitkan. Pada saat yang sama koran-koran eksperimental, yang bukan berasal
dari kaum bangsawan, mulai pula diterbitkan pada Abad ke-17 itu, terutama di
Prancis.
Pada abad ke-17 pula, John Milton memimpin perjuangan
kebebasan menyatakan pendapat di Inggris yang terkenal dengan Areopagitica, A
Defence of Unlicenced Printing. Sejak saat itu jurnalistik bukan saja
menyiarkan berita (to inform), tetapi juga mempengaruhi pemerintah dan
masyarakat (to influence).
Di Universitas Bazel, Swiss jurnalistik untuk pertama
kali dikaji secara akademis oleh Karl Bucher (1847 – 1930) dan Max Weber (1864
– 1920) dengan nama Zeitungskunde tahun 1884 M. Sedangkan di Amerika mulai dibuka
School of Journalism di Columbia University pada tahun 1912 M/1913
M dengan penggagasnya bernama Joseph Pulitzer (1847 - 1911).
2.
Perkembangan pers di Indonesia.
Komunikasi merupakan kebutuhan kodrati manusia,
sehingga komunikasi cenderung menjadi persyaratan mutlak bagi kemajuannya, baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Makin maju suatu
masyarakat, makin berkembanglah lalu lintas komunikasi.Tatap muka sebagai
medium komunikasi tingkat rendah, dirasakan tidak lagi memadai akibat
perkembangan masyarakat. Akibat perkembangan itu pula, masyarakat berusaha
menemukan instrumen lain untuk media komunikasinya dan di antara media
komunikasi itu adalah pers. Menurut Rachmadi bahwa pers lahir dari kebutuhan
rohaniah manusia, produk dari kehidupan manusia, produk kebudayaan manusia,
adalah hasil dari perkembangan manusia.Keberadaan pers di
Indonesia tidak dapat dipisahkan dari hubungan bangsa Indonesia dengan Eropa,
khususnya dengan bangsa Belanda. Melalui hubungan itulah, berbagai anasir kebudayaan
Barat dapat dikenal di Indonesia termasuk pers.
Pengiriman dan penyebaran informasi dalam bentuk
jurnal awalnya digunakan oleh VOC untuk menyalurkan dan atau mendapat berita,
baik dari Eropa maupun dari pos-pos perdagangan Belanda yang tersebar di
Nusantara yang menurut Von Veber telah berlangsung sejak tahun 1615.Hal ini
dipertegas oleh Muhtar Lubis dengan mengatakan bahwa pada tahun 1615, J.P. Coen
menerbitkan Memorie de Nouvelles, sebuah jurnal cetak yang pertama di
Indonesia, memuat berita dan informasi tentang VOC.Sementara surat kabar
pertama yang terbit di Indonesia adalah Bataviase Nouvelles tahun
1744 oleh J.E. Jordens.Perancis dan Inggris yang pernah menyelingi kekuasaan
pemerintah kolonial Belanda di Indonesia, turut pula menerbitkan surat kabar.
Perancis di bawah Daendels menerbitkanBataviasche Zoloniale Courant. Sementara
pada masa kekuasaan Inggris menerbitkan surat kabar dengan nama The Java
Government Gazette.Setelah kekuasaan Inggris berakhir (1816) di Indonesia, maka
surat kabar yang terbit menjadi organ resmi pemerintah Belanda
adalah Bataviasche Courant yang kemudian digantikan olehJavasche
Courant.Sampai dengan terbitnya surat kabar ini ada kenampakan bahwa usaha
penerbitan masih didominasi oleh pemerintah yang berkuasa. Isinya pun dapat
diduga, yaitu hanya memuat berita mengenai kegiatan pemerintah.
Memasuki pertengahan abad ke-19, sudah semakin banyak
surat kabar terbit di Indonesia. Bahkan kaum Indo-Belanda sudah mengusahakan
penerbitan yang diperuntukkan buat kaum pribumi dan peranakan Tionghoa.
Sehingga pada masyarakat kolonial sudah dikenal adanya pers yang berbahasa
Melayu dan bahasa daerah. Surat kabar pertama berbahasa daerah
adalahBromartani yang terbit di Surakarta pada tahun 1855. Selanjutnya
surat kabar pertama berbahasa Melayu adalah Soerat Kabar Bahasa
Melajoe yang terbit di Surabaya pada tahun 1856) Di samping itu,
dikenal pula surat kabar yang berbahasa Tionghoa yang menggunakan bahasa
campuran antara bahasa Melayu rendahan dengan dialek Hokkian.Seiring dengan pemberlakuan
politik kolonial liberal atau dikenal sebagai politik pintu terbuka (open door
policy) tahun 1970, maka dinamika persuratkabaran di Indonesia juga semakin
kompleks. Kaum swasta asing Eropa (pengusaha-pengusaha penanam modal di
Indonesia) semakin banyak menerbitkan surat kabar. Dalam dekade ini pula
(menjelang berakhirnya abad ke-19), terdapat kemajuan di bidang jurnalistik.
Kemajuan yang dimaksud adalah semakin banyaknya orang-orang pribumi dan
orang-orang peranakan Tionghoa yang terlibat dalam penerbitan pers. Dengan
demikian sudah lahir wartawan-wartawan pribumi (Indonesia) yang pertama.
Kedudukan orang-orang ini kelak menjadi sangat penting terhadap kelahiran pers
nasional.
Sementara itu, timbulnya kesadaran kebangsaan
(nasionalisme) Indonesia yang dimanifestasikan melalui perjuangan pergerakan
nasional, telah memperjelas dan mempertegas adanya surat kabar yang
mempunyai wawasan dan orientasi informasi untuk kepentingan perjuangan
pergerakan. Surat kabar-surat kabar itulah yang pada gilirannya dikenal sebagai
pers nasional atau pers pergerakan.
Didalam UU
1945 pasal 6 tahun 1999 tentang pers disebutkan bahwa :
1. Memenuhi hak masyarakat untuk
mengetahui, menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi mendorong terwujudnya
kebebasan dan hak asasi manusia serta menghormati ke bhinekaan.
2. Mengungkapkan pendapat umum
berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar.
3. Melakukan kritik, koreksi dan saran
terhadap hal-hal benar dengan kepentingan umum memperjuangkan keadilan
Tahap – Tahap Perkembangan PERS di Indonesia
Pada masa penjajahan, surat kabar yang dikeluarkan
oleh bangsa Indonesia berfungsi sebagai alat perjuangan pers yang menyuarakan
kepedihan penderitaan dan merupakan refleksi dari isi hati bangsa yang
terjajah.
A. Masa Penjajahan Belanda.
Pada tahun 1615 atas perintah Jan Pieterzoon Coen,
yang kemudian pada tahun 1619 menjadi Gubernur Jenderal VOC, diterbitkan
“Memories der Nouvelles”, yang ditulis dengan tangan. Dengan demikian, dapatlah
dikatakan bahwa “surat kabar” pertama di Indonesia ialah suatu penerbitan
pemerintah VOC.
Pada Maret 1688, tiba mesin cetak pertama di Indonesia
dari negeri Belanda. Atas intruksi pemerintah, diterbitkan surat kabar tercetak
pertama dan dalam nomor perkenalannya dimuat ketentuan-ketentuan perjanjian
antara Belanda dengan Sultan Makassar. Setelah surat kabar pertama kemudian
terbitlah surat kabar yang diusahakan oleh pemilik percetakan-percetakan di
beberapa tempat di Jawa. Surat kabar tersebut lebih berbentuk koran iklan
Ciri-Ciri
pers pada masa belanda :
·
Dibatasi dan Diancam dengan Kitab Undang- Undang Hukum
Pidana (KUHP) karena Belanda telah memahami bahwa pers dapat membawa pengaruh
positif bagi bangsa Indonesia.
·
Persbreidel Ordonantie atau hak pemerintah belanda
untuk memberhentikan atau melarang penerbitan surat kabar yang membahayakan
belanda.
·
Haatzai Artikelen atau ancaman hukum trhadap siapapun
yang menyebarkan perasaan permusuhan, kebencian, serta penghinaan terhadap
hindia Belanda (pasal 154 dan 155) dan terhadap sejumlah atau sekelompok hindia
belanda (pasal 156mdan 157)
·
Kontrol yang Keras Terhadap Pers hingga dihukum
penjara hingga pembuangan contohnya S.
K. Murti dan Bovem digul.
B. Pers masa
pergerakan Nasional.
Masa pergerakan merupakan masa
dimana bangsa indonesia berada di saat saat terakhir penjajah belanda hingga
masuknya penjajah jepang.
Contoh surat kabarnya antara lain
1) Harian sedio
utomo kelanjutan Harian Budi Utomo (yogyakarta Juni 1920)
2) Majalah pikiran
rakyat didirikan di Bandung oleh Ir. Soekarno
3) Harian Fajar
Asia, dipimpin oleh Haji agus salim.
Pemerintah Belanda mengambil
tindakan dengan cara memberikan hak penuh pada pemerintahan untuk memberantas
dan menutup hak usaha penerbitan pers pergerakan. Dan pada tanggal 13 Desember
1937 berdiri kantor Berita Nasional Antara.
C. Masa Pendudukan
Jepang
Pada masa ini, surat kabar-surat
kabar Indonesia yang semula berusaha dan berdiri sendiri dipaksa bergabung
menjadi satu, dan segala bidang usahanya disesuaikan dengan rencana-rencana
serta tujuan-tujuan tentara Jepang untuk memenangkan apa yang mereka namakan
“Dai Toa Senso” atau Perang Asia Timur Raya. Dengan demikian, di zaman
pendudukan Jepang pers merupakan alat Jepang. Kabar-kabar dan karangan-karangan
yang dimuat hanyalah pro-Jepang semata.
Ciri-Ciri Pers pada Masa Jepang :
·
Penekanan Terhadap Pers Indonesia
·
Bersifat fasis memanfaatkan instrumen untuk
menegakan kekusaan pemerintahannya
Contoh surat kabar yang terbit masa
pendudukan jepang :
1. Asia baru di
Semarang
2. Asia raya di
Jakarta.
3. Cahaya di
Bandung
Manfaat bagi jurnalis indonesia
ketika mereka bekerja di penerbitan Jepang.
a) Bertambahnya
pengalaman jurnalistik.
b) Penggunaan
bahasa Indonesia lebih sering dan luas.
c) Pengajaran
untuk kritis terhadap berita.
D. Masa Revolusi Fisik
Peranan yang
telah dilakukan oleh pers kita di saat-saat proklamasi kemerdekaan dicetuskan,
dengan sendirinya sejalan dengan perjuangan rakyat Indonesia. Bahkan tidak
sedikit dari para wartawan yang langsung turut serta dalam usaha-usaha
proklamasi. Semboyan “Sekali Merdeka Tetap Merdeka” menjadi pegangan teguh bagi
para wartawan.
Periode tahun 1945 sampai 1949 yang biasa dinamakan
periode “revolusi fisik”, membawa coraknya tersendiri dalam sifat dan fungsi
pers kita. Dalam periode ini pers kita dapat digolongkan ke dalam dua kategori,
yaitu :
-
pers yang
terbit dan diusahakan di daerah yang dikuasai oleh pendudukan sekutu dan Belanda. (pers Nica)
contoh : Warta Indonesia di Jakarta
-
pers yang terbit diusahakan di daerah yang dikuasai
oleh RI yang kemudian turut bergerilya. (Pers Republik) contoh : Harian
Merdeka
Ciri-Ciri Pers Masa Revolusi:
·
Hubungan Pemerintah dan Pers Terjalin Baik
·
Pers Harus Menjaga Kepentingan Publik
·
Pembatasan Pers
Hal
yang sangat penting saat masa Revolusi fisik antara lain lahirnya PWI
(persatuan Wartawan Indonesia ( PWI)
dan lahirnya Serikat pengusaha surat kabar (SPSK).
E. Masa Demokrasi Liberal
(1949-1959)
Pers Nasional saat itu sesuai dengan alam liberal yang
sangat menikmati kebebasan Pers. Fungsi Pers pada masa ini adalah sebagai
perjuangan kelompok partai atau aliran politik. Dalam aksi-aksi ini peranan
yang telah dilakukan oleh pers republik sangat besar. Republik Indonesia
Serikat yang tidak sesuai dengan keinginan rakyat akhirnya bubar dengan
terbentuknya kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1950.
Pada masa ini untuk memperoleh pengaruh dan dukungan
pendapat umum, pers kita yang pada umumnya mewakili aliran-aliran politik yang
saling bertentangan, menyalahgunakan kebebasan pers (freedom of the press),
yang kadang-kadang melampaui batas-batas kesopanan.
Ciri-Ciiri per Masa Demokrasi Liberal
·
Memberi Perlindungan yang Keras Terhadap Pers
·
Pembatasan Terhadap Pers
·
Adanya Tindakan Antipers (pembredelan)
Pada tanggal
17 maret 1950 Lahirlah dewan pers yang bertugas SBB :
a) Melakukan
proses penggantian Undang-undang pers kolonial.
b) Pemberian dasar
sosial ekonomis yang lebih kuat kepada pers Indonesia misalnya pemberian kredit
bantuan dari pemerintah.
c) Peningkatan
mutu jurnalisme Indonesia.
d) Pengaturan yang
memadai tentang kedudukan sosial dan hukum bagi warga Indonesia.
F. Masa
Demokrasi Terpimpin (1959-1966)
Pada masa ini, pers menganut konsep Otoriter Pers di
beri tugas menggerakkan aksi-aksi masa yang revolusioner dengan jalan
memberikan penerangan membangkitkan jiwa dan kehendak masa agar mendukung
pelaksanaan manipol dan ketetapan pemerintah lainya.
Periode
yang terjadi pada masa demokrasi terpimpin sering disebut sebagai zaman Orde
Lama. Periode ini terjadi saat terbentuknya Kabinet Kerja yang dipimpin oleh
Presiden Soekarno, sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli
1959 hingga meletusnya Gerakan 30 September 1965.
Pada tanggal 12 Oktober tanggal 1960
diterbitkan sebuah pedoman resmi untuk penerbit Surat Kabar antara lain .
1. Surat kabar dan
majalah wajib menjadi alat penyebaran manifesto politik yang telah menjadi
haluan negara untuk memberants kolonialisme, liberalisme dan federalisme.
2. Surat kabar dan
majalah wajib menjadi pendukung dan pembela manifesto politik yang telah
menjadi haluan negara dan program pemerintah.
3. Surat kabar dan
majalah wajib menjadi pembela dan alat pelaksana dari politik bebas dan aktif
serta tidak menjadi tidak menjadi pembela dan/atau alat daripada perang dingin
antar blok.
4. Surat kabar dan
majalah wajib memupuk kepercayaan rakyat Indonesia terhadap dasar, tujuan
program dan revolusi Indonesia.
5. Surat kabar dan
majalah wajib membantu usaha penyelenggaraan ketertiban dan keamanan umum serta
ketenangan politik.
6. Surat kabar dan
majalah wajib mempertebal rasa kesadaran kepribadian Indonesia.
7. Surat kabar dan
majalah dalam menulis kritik harus bersifat konstruktif dan berpedoman
manifesto politik.
Contoh pers pada masa ini ialah
Bintang timur, warta bhakti dan pos Indonesia.
Ciri-Ciri Pers Masa Demokrasi
Terpimpin
·
Tidak Adanya Kebebasan Pers.
·
Adanya Ketegasan Terhadap Pers
·
Pemerintah Mengontrol Setiap Kegiatan Pers
·
G. Orde Baru
(1966-21 Mei 1998)
Pers masa orde baru (kepemimpinan presiden soeharto)
di kenal dengan istilah Pers Pancasila dan di tandai dengan di keluarkannya
undang-undang pokok Pers (UUPP) no 11 tahun 1966. Ketika alam Orde Baru
ditandai dengan kegiatan pembangunan di segala bidang, kehidupan pers kita pun
mengalami perubahan dengan ditandai dengan aksi demonstrasi mengeluarkan
kritikan terhadap kebijakan pemerintah dan presiden soeharto yang dikenal
dengan “peristiwa malari” yang terjadi
pada 15 Januari 1974.
Pers sebagai sarana penerangan/komunikasi merupakan
salah satu alat yang vital dalam proses pembangunan.
Pada masa Orde Baru, ternyata tidak berarti kehidupan
pers mengalami kebebasan yang sesuai dengan tuntutan dan aspirasi masyarakat.
Terjadinya pembredelan pers akibat peristiwa malari tsb. pada masa-masa ini
menjadi penghalang bagi rakyat untuk menyampaikan aspirasi dan memperjuangkan
hak-hak asasinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara hingga
mundurnya presiden soeharto tanggal 21 mei 1998.
Ciri-Ciri Pers Masa Orde
Baru
·
Kebebasan Terhadap Pers
·
Pers Masa itu Sangat Buram
·
Berkembangnya Dunia Pers
·
H. Masa
Reformasi (21 Mei 1998-sekarang)
Di Era Reformasi, pemerintah mengeluarkan berbagai
undang-undang yang benar-benar menjamin kebebasan Pers. Salah satu jasa
pemerintahan B.J. Habibie pasca Orde Baru yang harus disyukuri ialah pers yang
bebas. Pemerintahan Presiden Habibie mempunyai andil besar dalam melepaskan
kebebasan pers.
Selain itu juga akibat lahirnya UU no 39 tahun1999
tentang HAM dan UU NO 40 tahun 1999 Tentang pers, dalam UU tersebut dinyatakan
sebagai sapu jagat nya para jurnalis pers karena menghapus ketentuan represif
yang berlaku pada masa orde baru.
Ciri-Ciri Pers Masa Reformasi
·
Kebebasan Mengeluarkan Pendapat (Pers
adalah Hak Asasi Manusia)
·
Wartawan Mempunyai Hak Tolak.
·
Penerbit Wajib Memiliki SIUPP (surat ijinn usaha
penerbitan pers)
·
Perusahaan Pers Tidak Lagi Melibatkan Diri ke
Departemen Penerangan untuk Mendapat SIUPP
Dimasa reformasi kini pers pers
bertanggung jawab pada profesi dan hari nurani karena terikat oleh kebebasan
pers namun kebebasan tersebut harus di imbangi dengan garis garis hukum yang
berlaku.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan:
Komunikasi merupakan kebutuhan kodrati manusia,
sehingga komunikasi cenderung menjadi persyaratan mutlak bagi kemajuannya, baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Makin maju suatu
masyarakat, makin berkembanglah lalu lintas komunikasi. Akibat perkembangan itu
pula, masyarakat berusaha menemukan instrumen lain untuk media komunikasinya
dan di antara media komunikasi itu adalah pers. Dan perkembangan pers di
Indonesia dibagi dalam 6 Masa, yaitu:
1) Pers pada masa
penjajah belanda.
2) Pers pada masa
pergerakan nasional.
3) Pers pada masa
pendudukan jepang
4) Pers pada masa
demokrasi liberal
5) Pers pada masa
demokrasi terpimpin (orde lama)
6) Pers pada masa orde
baru
7) Pers pada masa
reformasi.
Sedangkan
untuk tingkat dunia, para ahli memperkirakan bawha kegiatan jurnalistik pertama
terjadi di pemerintahan raja Romawi yakni masa Cayus
Julius Caesar (100-44 SM). Hingga selanjutnya mulai masuk ke mesir dan
negara china serta negara negara lainya apalagi ketika di temukannya kertas
dari mesir dan penemuan mesin cetah oleh johan guttenberg kegiatan pers di
belahan dunia mulai berkembang lebih pesat.
B.
KRITIK DAN SARAN
Kami sadar bahwa karya tulis kami ini
masih belum mencapai tahap sempuna, masih banyak yang harus diperbaiki dan
untuk itu maka kritik dan saran anda kami tunggu untuk karya kami yang lebih
baik dari sebelumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Kreatif viva pakarindo 2013,
pendidikan kewarganegaraan SMA/MA dan SMK/MAK Kelas XII semester genap.
dan sumber sumber lainnya.